Langsung ke konten utama

Pentingnya Kepemimpinan Kristen yang Visioner


       Kepemimpinan yang sehat akan menghasilkan suatu organisasi yang sehat. Dan, organisasi yang sehat merupakan suatu organis yang bertumbuh dan bergerak serta semua komponennya berfungsi sebagaimana mestinya dan akhirnya membuahkan hasil yang baik bagi organisasi itu sendiri dan berdampak bagi lingkungannya.
     Kepemimpinan yang sehat dan organis tentunya didukung oleh beberapa faktor pendukung penting sebagai roda yang menggerakkan kepempimpinan itu ke suatu arah yang dituju bersama. Salah satu faktor penting dalam kepemimpin yang sangat menentukan berhasil tidaknya kepemimpinan suatu organisasi atau gereja, yaitu visi dari seorang pemimpin. Hendry Kissinger mengatakan, “Seorang pemimpin adalah seorang individu pencipta visi yang menggerakkan orang-orang dari tempat dimana mereka berada ke tempat dimana mereka belum pernah ada. Dengan visi maka suatu organisasi akan bergerak dengan pasti pada apa yang dicita-citakan, namun sebaliknya bisa visi tidak dimunculkan oleh pemimpin maka tentunya arah gerak suatu organisasi akan terombang-ambing. Amsal mengatakan demikian, “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat” (Amsal 29:18). ‘Wahyu’ ‘penglihatan’, ‘mimpi’, itulah yang tertulis dalam Alkitab. Dan apa yang dikatakan Alkitab itu benar. Seorang pemimpin harus punya visi. Eka Darma Putera, menggambarkan ketiadaan pemimpin yang punya visi sebagai suatu keadaan yang bergerak tanpa arah, serta sibuk dengan diri, tanpa makna. Dan, hasilnya hanyalah kepenatan, tanpa tahu untuk apa.            Tulisan ini akan berusaha menganalisa pemahaman lebih mendalam mengenai visi dan pemimpin yang visioner kemudian mencoba mengemukakan betapa pentingnya visi itu bagi seorang pemimpin yang visioner.

Pemahaman Awal tentang Visi
            Lovett H. Weems, Jr. mengatakan bahwa visi itu adalah sebuah mimpi atau gambaran kemungkinan ke depan. “It is a dream. It is a picture of a preferred future”. Lebih jelasnya bisa dikatakan demikian, “visi adalah suatu ihwal melihat, suatu ihwal mendapat persepsi tentang sesuatu yang imajinatif, yang memadukan pemahaman yang mendasar tentang situasi masa kini dengan pandangan yang menjangkau jauh ke depan”. Visi menunjukkan suatu pandangan sekilas dari masa depan yang kita inginkan dan yang kita pikir seharusnya demikian.
            Berdasarkan kharakternya, kita juga bisa memberikan satu konsep aktual mengenai visi. Karakteristik visi dari Kouzes dan Posner seperti dikutip oleh Wafford, mengatakan bahwa, Visi berasal dari kata yang secara literal “melihat”. Tidak ada kata yang lebih baik untuk menjelaskan kemampuan melihat ke depan (forward-looking) dan memahami potensi-potensi yang ada di masa depan (foresighted). Jadi, visi mengandung pengertian sebagai suatu orientasi masa depan. Sebuah visi adalah gambaran tentang apa yang bisa terjadi. Walt Callestad mengatakan, “The future will be what you envision it to be”. Artinya, visi memproyeksikan keunikan dari suatu kondisi di masa depan, menentukan masa depan seperti apa yang kita harapkan demikian. Visi menyajikan gambaran perubahan dari suatu organisasi dan mendorong dilakukannya tindakan menuju ke arah perubahan yang lebih baik.

Sumber Visi
            Bob Gordon, menjelaskan pandangannya bahwa dalam kekristenan, visi datangnya dari Tuhan dan merupakan pekerjaan Tuhan di dalam seseorang. Roh Tuhan yang bekerja dalam diri seseorang yang didiami-Nya pada saat-saat perjumpaannya dengan Tuhan. Dia-lah yang menciptakan visi itu dan kita tinggal menerimanya saja. Bishop Rueben P. Job mengatakan bahwa, “The vision is a gift from God. It’s the reward of the disciplined, faithful, and pantient listening to God”. Visi merupakan pemberian dari ‘mata iman’ untuk melihat yang tidak kelihatan, untuk mengetahui apa yang tidak mampu diketahui, dan memikirkan apa yang tidak mampu dipikirkan. Lalu, visi itu menjadi titik temu atau sasaran – arah gerak kita sebagai umat-Nya.
            Adanya visi Tuhan, mendorong kita melangkah maju menuju sasaran yang termuat di dalam visi-Nya. Kalau seorang pemimpin tidak mempunyai visi dari Tuhan, ia akan ‘mandek’ dan ‘mati’. Jadi, Visi bukan hasil dari pengamatan kita tentang apa yang perlu dilakukan atau apa yang ingin dicapai, melainkan suatu petunjuk ilahi yang ditanggapi oleh manusia dan Dia yang memanggil manusia untuk mulai bertindak.  Visi dari Tuhan merupakan panggilan bagi manusia. Panggilan Tuhan adalah panggilan yang efektif, artinya bahwa visi Allah yang ia tanamkan dalam diri seorang pemimpin pasti terlaksana. Itu sebabnya penting bagi seorang pemimpin untuk mendapatkan visi yang bersumber dari Allah sendiri.
            Poin penting selanjutnya ialah, visi timbul karena adanya hati yang terbeban untuk mengetahui serta melakukan kehendak Tuhan dan untuk menjadi apa pun yang dikehendaki Tuhan. Dan, tujuan visi Allah tidak lain adalah untuk membangun tubuh Kristus, dimana Dia adalah kepala kita. Dan kepala memberikan kita visi dengan perintah yang sangat jelas. Di sinilah letak perbedaan seorang pemimpin kristiani dengan pemimpin sekuler. Kekristenan selalu berawal dari Allah, Allah yang mengerjakan bagi umat-Nya dan Allah yang menuntun dalam mencapai visi itu untuk membangun tubuh Kristus. Sedangkan pemimpim sekuler lebih melihat pada fenomena-fenomena dan kecenderungan-kecenderungan yang lebih baik ke depan. Itu biasanya berasal dari dalam diri manusia, bukan pewahyuan ilahi. Serta tujuan akhir, dilihat hanya untuk keperluan kepuasan, kebaikan manusia saja.

Pemimpin yang Visioner
            John Maxwell mengatakan demikian, “Dalam hukum kepercayaan, sang pemimpin harus menemukan impiannya (visi) baru pengikutnya. Tetapi, pengikut menemukan pemimpinnya baru impiannya”. Artinya pertama-tama dalam diri pemimpin harus tertanam visi Allah dalam dirinya, dan pengikut pertama-tama tidak mau tahu tentang visi pemimpinnya melainkan mereka hanya ingin “seorang pemimpin” yang dapat dipercaya. Itulah sebabnya tanggungjawab menjadi pemimpin yang visioner sangat ditekankan dan diharapkan ada di dalam diri setiap pemimpin. Artinya seorang pemimpin tidak boleh mengharapkan visi itu datangnya dari pengikutnya, melainkan dia sendiri yang harus menemukan visi itu dan membagikannya bagi pengikutnya untuk dicapai bersama-sama.
             Dilihat dari sudut pandang kepemimpinan motivasional, Pemimpin disebut visioner atau pemimpin yang punya visi yaitu jika dia adalah orang yang imajinatif dan aktif merancang strategi sampai suatu hari kelak inovasinya akan sesuai dengan kebutuhan pelanggan di masa depan dan mendatangkan untung besar. Bila seorang pimpinan telah menawarkan sebuah visi kepada timnya, artinya dia telah membuat sebuah gambaran mental akan masa depan yang makmur bagi mereka, menciptakan rasa memahami inspirasi dan harapan diantara para anggota tim dan memotivasi mereka demi berjuang untuk mencapai visi itu. Jadi, kepemimpinan yang visioner mutlak diperlukan namun tidak hanya sampai di situ, melainkan ia juga harus mampu merancang strategi untuk mencapai visi itu.

Pentingnya Visi Bagi Pemimpin Visioner
            Andreas Harefa, mengomentari demikian, “Sosok seorang pemimpin visionaris adalah orang yang mampu melihat ‘status guo’ dan kemampanan yang ada tidak sesuai dengan kehendak Allah; mampu melihat sebuah ide atau impian tentang masa depan yang secara mendasar lebih baik, lebih manusiawi, dan lebih diperkenankan oleh Tuhan sebagai sebuah kenyataan yang mungkin diciptakan lewat perjuangan dalam ketaatan kepada Allah; memiliki minat dan perhatian yang amat besar terhadap potensi manusia yang ada, yang mengejar kesempurnaan sebagai ciptaan Allah; mengambil inisiatif dengan menerima tanggungjawab untuk melaksanakan perubahan yang diyakini sebagai panggilan hidup di dunia.” Beranjak dari kondisi yang seperti inilah, seorang pemimpin visioner menempatkan visi itu sebagai tumpuan kaki untuk melangkah keluar dari status guo, dan mencapai mimpi bersama dengan kelompok organisasi yang dipimpinnya. Oleh sebab itu seorang pemimpin tidak boleh tidak, harus punya visi bila ingin menjadi pemimpin yang baik dan membawa perubahan bagi kelompok yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, visi mutlak penting bagi kepemimpinan.

1.      Visi Menggerakkan Organisasi/ Gereja yang Dipimpin.
            Bergerak artinya berpindah dari apa yang ada hari ini menuju ke masa depan. Sebuah visi yang besar bila dibagikan oleh seorang pemimpin bagi para anggotanya dengan baik, akan menggerakkan mereka untuk mengambil tindakan aktif di dalam visi itu. Seorang tokoh terkemuka,  Dr. Martin Luther King Jr. yang berdiri di Tangga Lincoln Memorial, berbicara di depan 250.000 orang. Pada waktu berbicara, dia menyampaikan sebuah visi. Dia berbicara mengenai harapan masa depan yang lebih baik, tidak hanya untuk orang kulit hitam Amerika, tetapi untuk semua orang Amerika. Dia menyatakan demikian, “Saya memiliki sebuah Impian (I have a dream).” Dia menyatakan visinya dengan jelas, dengan cara yang bersemangat, optimis, dan membuat orang lain juga merasakan semangat yang sama, impian dan visinya itu telah menggerakkan bangsa itu.
            Visi yang menarik akan menantang anggota tim untuk melakukan suatu perubahan besar yang bergerak ke arah yang lebih baik. Visi haruslah membawa pada satu perubahan dan menjadi impian bagi banyak orang. Visi menjadi jawaban bagi kegelisahan individu terhadap keinginan untuk mengalami perubahan. Hanya dengan visi yang seperti inilah suatu badan atau organisasi akan bergerak dengan penuh kerelaan dan pengharapan penuh untuk mencapai perubahan.
            Keberhasilan suatu organisasi atau gereja dalam menggerakkan anggota tim, bergantung sejauhmana semangat dan kerinduan dari visi itu menginsipirasi orang lain untuk melakukan tindakan. Sebesar apa suatu organisasi mengalami pergerakan ditentukan oleh sebesar apa visi yang ditanamkan bagi organisasi. Tidak  ada perubahan yang besar yang melebihi visi yang dicita-citakan bersama. Martin Lither King berhasil menggerakkan bangsanya, karena ia memiliki visi yang cukup besar untuk perubahan bagi bangsanya. Dan, pergerakan yang terjadi tidak melampaui dari apa yang diimpikan olehnya terjadi atas bangsa Amerika. Artinya tidak ada pergerakan tak terduga yang melebihi dari apa yang pernah dicita-citakan bersama. visi menentukan pergerakan dan arah gerak suatu organisasi.

2.      Visi Menentukan Tujuan dan Tujuan Menyatakan Arah dan Sasaran Sebuah Organisasi.
            Bob Gordon mengatakan, “Ketiadaan visi akan membawa orang-orang hanyut ke dalam keberadaan yang tanpa arti, tanpa tujuan dan tidak efektif”. Oleh sebab itu visi sangat penting untuk memberi petunjuk. Memungkinkan kita mengetahui kemana kita akan melangkah dan apa yang hendak kita capai. Wafford, mengungkapkan bahwa visi seumpama gyros (semacam kompas) yang menentukan suatu arah yang benar bagi organisasi. Dengan visi yang jelas, maka ke sanalah segala usaha diberdayakan dan difokuskan.
            Visi memberikan gambaran yang jelas tentang kondisi yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi. Sebuah visi memproyeksikan keunikan dari suatu kondisi di masa depan. Arah yang specifik dan yang dapat dikenali, tidak berubah atau berbelok secara tak terduga, mempermudah dalam pencapaian sasaran. Sebuah visi memiliki cara yang unik untuk mengarahkan gerakan organisasi secara positif. Visi memberikan gambaran mental yang sesuai buat kita dan membuat orang-orang tetap memiliki “gambaran besar”. Visi menentukan peta perjalanan untuk menuntun mengarahkan kita. Kita tidak akan pernah tahu ke mana kita harus melanjutkan perjalanan jika kita tidak tahu kemana kita akan pergi. Visi menentukan arah perginya sebuah organisasi.
            Kemudian, visi itu juga ibarat sebuah magnet, artinya bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh suatu organisasi mendapat arahan dari visi. Visi menegaskan aksi seseorang atau suatu organisasi dan visi menjadi inti (core) sasaran yang hendak dicapai. Arah gerak organisasi menjadi terarah, karena dikendalikan oleh visi yang ada, dan arah yang dicapai tidak lain adalah mewujudkan visi itu dalam kenyataan yang sesungguhnya.
            Itu sebabnya, seorang pemimpin visioner harus bisa tampil di depan dan mendeklarasikan visi organisasi itu, memimpin mereka, mendorong, mengarahkan dengan tetap bersandarkan pada visi yang diyakini bersama.

3.      Visi Memberi Motivasi dan Harapan Bagi Organisasi
            Kesatuan sebuah group yang dihadirkan dalam sebuah ide di dalam visi, bukan hanya disebabkan oleh kharisma seorang pemimpin atau loyalitas suatu organisasi. Visi menghadirkan pemahaman umum dari realitas dan masa depan. Dan juga mempersuasi suatu group untuk beraksi, itu adalah kekuatan dari visi. Visi bisa mempengaruhi organisasi hanya apabila para anggota menerima dan mau berkomitmen pada visi tersebut. Barulah visi itu menjadi sumber motivasi yang kuat dan menyatukan. Itu artinya bahwa visi harus juga dikomunikasikan dengan baik sehingga mampu menggugah dan memotivasi untuk dilakukannya tindakan nyata secara bersama-sama. Visi yang baik akan menggugah imajinasi orang. Hal itu sangat tergantung pada sejauh mana para pemimpin itu sendiri tergugah oleh sasaran itu. Jika imajinasi mereka tidak menyala-nyala, mereka tidak akan membakar imajinasi orang lain. Apa yang harus terjadi di masa yang akan datang, yang hanya dapat dilihat oleh para pemimpin, sekarang disampaikan di depan mata, sehingga orang lain dapat melihatnya dan termotivasi untuk ambil bagian dalam visi itu. Visi yang baik akan menantang orang untuk berpartisipasi, serta mereka secara pribadi tertantang untuk mewujudkan tujuan itu.
            Brian Tracy, mengatakan bahwa diantara 3.000-an penelitian yang pernah dia baca, ia menyimpulkan dengan menempatkan visi pada tempat teratas dari daftar kualitas kepemimpinan pada umumnya. Visi, menurut tracy, memunculkan harapan, dan harapan adalah motivator yang ampuh. Visi bisa mengubah pikiran dan hati seseorang apabila mereka menerima visi tersebut sebagai visi mereka sendiri. Visi yang mengubahkan adalah visi yang mengilhami pengikutnya yang mendorong mereka memberikan pengabdian dan bertindak. Visi yang memotivasi memungkinkan pengikut visi itu hidup seakan-akan hari ini adalah hari yang pertama dan yang terakhir dalam kehidupan kita. Bukan untuk menyetir kita melainkan untuk memberi kita tujuan. Visi memberikan kita suatu keyakinan, dan memberitahu apa yang harus kita lakukan. Visi memotivasi kita karena hal itu memusatkan perhatian kita pada masa depan dan mendorong kita untuk mengambil tindakan ke arah perwujudannya.
            Kemudian, sasaran-sasaran visi yang telah tercapai juga menolong orang-orang mencapai kepuasan karena mereka melihat adanya hasil. Hal tersebut memotivasi mereka untuk maju terus. Oleh karena itu visi yang jelas dapat dipandang sebagai titik-titik keberhasilan di sepanjang hidup seseorang. Membesarkan hati untuk melihat bahwa kita sudah mencapai satu sasaran lagi dan siap untuk mencapai sasaran selanjutnya. Dan seorang pemimpin visioner harus mampu memiliki visi sebagai kriteria terpenting dan harus memotivasi orang lain demi terwujudnya visi, sebab keberhasilan mencapai visi tertentu sangat menentukan tingkat motivasi dan pengharapan kelanjutan dari sebuah visi itu bagi organisasi.
           
Kesimpulan
            Visi adalah sesuatu yang penting untuk kelangsungan hidup suatu organisasi. Visi merupakan pemberian Allah dan lahir dari adanya iman, ditopang oleh pengharapan, diperarah oleh imajinasi dan diperkuat oleh semangat. Visi mencakup pandangan yang luas yang berada di luar batas-batas pemikiran, kepastian dan sangkaan. Visi itu mutlak penting. Itulah sebabnya Charlew Swindoll, mengatakan demikian, “tanpa visi, tidak mengherankan bila tamatlah riwayat kita!” seorang pemimpin harus memiliki visi sebagai salah-satu faktor penting yang menentukan kelayakkannya memimpin suatu organisasi. Visi itu penting karena dengan visi yang baik, akan menggerakkan suatu organisasi ke masa depan, menggerakkan dengan tujuan dan arah yang jelas, serta anggota organisasi termotivasi dan berpengharapan karena mereka memiliki tujuan yang baik ke depan yang ingin direalisasikan secara bersama-sama.
            Namun, hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin visioner adalah visi itu janganlah hanya terbatas pada ide yang terkristal dan teraktualisasi dalam gagasan-gagasan yang indah, melainkan harus sampai pada tindakan melakukannya. Tom Marshall berpendapat demikian, “Adalah tidak memadai untuk sekedar memperoleh sebuah visi atau bahkan mengkonseptualisasikan visi itu pada sasaran yang digambarkan dengan baik dan jelas. Kalau anda tidak bisa mendapatkan orang yang mengikuti anda untuk mencapai visi itu, anda bukan pemimpin”. John C. Bowling menegaskan, “Agar bisa menjadi pemimpin yang efektif, Anda perlu visi. tetapi, anda perlu juga mengkomunikasikan visi itu kepada orang lain dengan langkah-langkah yang secara emosional dan mental membuat mereka dengan sukarela bersedia mewujudkan visi itu menjadi kenyataan. Visi tidak akan ada artinya, jika tidak diterjemahkan ke dalam tindakan”. Akhirnya, Heriyanto menyimpulkan demikian, “Kepemimpinan berjalan dengan efektif saat pemimpin mampu menemukan orang-orang yang mampu menerjemahkan visinya dan merekrut orang-orang yang berani tampil merintis visi menjadi tindakan”. Jadi, visi yang baik pasti memberi dampak besar bagi kepemimpinan, dan baru membuahkan hasil apabila mampu dimengerti dan mampu dilakukan atau diwujudnyatakan oleh anggota organisasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESTU ORANGTUA DALAM PERNIKAHAN ANAK: HARUSKAH ?

           Pernikahan dalam kekristenan merupakan suatu hal yang sangat sakral dan dijunjung tinggi sebagai komitmen “dipersatukan” di hadapan Tuhan seumur hidup . Pernikahan haruslah penuh dengan keindahan, kekudusan dan kesatuan hati diantara kedua pribadi yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan, oleh sebab itu Tuhan menginginkan agar pernikahan itu haruslah pernikahan yang sungguh-sungguh merupakan komitmen (bukan coba-coba/paksaan), dan harus dijalani seumur hidup. Hanya maut yang dapat memisahkan ikatan yang sudah dibentuk tersebut.             Namun, s eringkali di dalam proses untuk mengikatkan dua pribadi menjadi satu yang dilandasi oleh kasih dan komitmen tersebut, mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Salah-satu hal yang menjadi pergumulan di dalam ikatan ini adalah ketiadaan “restu/persetujuan orangtua” terhadap ikatan bersatunya kedua hati dalam satu ikatan cinta. Seringkali ada banyak orangtua yang tidak mendukung komitmen pe

Konsep Penyembahan Dalam Roh dan Kebenaran

I.                    Pendahuluan Ibadah Kristiani tidaklah lepas dari suatu yang dinamakan penyembahan kepada Allah .  Bahkan setiap orang percaya seharusnya mempunyai gaya hidup sebagai “penyembah -penyembah ” bagi Allah. D an , karena penyembahan adalah gaya hidup orang percaya, maka memuliakan Allah pastilah menjadi tujuan penyembahan yang disadari, terus menerus, berarti, dan kekal. Dalam pelaksanaannya, penyembahan tidaklah dibatasi oleh masalah tempat, jenis, waktu atau hal apapun, sebab pada esensinya, Pribadi yang disembah adalah pribadi dalam Roh, yang tidak bisa batasi oleh apapun di luar diri-Nya. Kita bisa menyembah Allah dimanapun kita berada dan dalam segala aspek hidup dan pekerjaan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, a papun yang kita lakukan mulai dengan kegiatan-kegiatan biasa seperti makan dan minum, haruslah dilakukan untuk kemuliaan Allah , itulah penyembahan sebagai gaya hidup . K emudian dalam penyembahan itu sendiri , Kesad

ANALISA PERKATAAN YESUS: “ANGKATAN INI TIDAK AKAN BERLALU SEBELUM SEMUANYA ITU TERJADI”

Nubuatan Tuhan Yesus dalam Markus 13:30; Mat 24:34; dan Lukas 21:32, mengenai “kapan” kedatangan-Nya untuk kedua kali merupakan nubuatan ayat yang kontroversial, sehingga menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda tergantung pada pola pemahaman orang-orang yang menafsirkannya. Penafsiran terhadap nubuatan ini terus menjadi persoalan yang sering diperdebatkan dengan tujuan untuk mencapai kebenaran yang mendekati pada kebenaran yang alk i tabiah. Usaha ini juga bahkan sampai pada keekstriman pemahaman yang menafsirkan lebih jauh, dengan menghakimi bahwa 'Yesus telah berbuat satu kesalahan besar dalam memprediksi waktu parousia . Di satu sisi juga dengan jelas Yesus pernah mengatakan bahwa Dia sendiri, malaikat pun tidak tahu kapan waktunya Dia akan datang kembali, hanya Bapa yang tahu. Apakah sesungguhnya yang dimaksud oleh Yesus terhadap nubuatannya itu? ANALISA KONTEKS MARKUS 13:30; MATIUS 24:34; LUKAS 21:32 Nubuatan ini merupakan kh