Langsung ke konten utama

ANALISA PERKATAAN YESUS: “ANGKATAN INI TIDAK AKAN BERLALU SEBELUM SEMUANYA ITU TERJADI”


Nubuatan Tuhan Yesus dalam Markus 13:30; Mat 24:34; dan Lukas 21:32, mengenai “kapan” kedatangan-Nya untuk kedua kali merupakan nubuatan ayat yang kontroversial, sehingga menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda tergantung pada pola pemahaman orang-orang yang menafsirkannya. Penafsiran terhadap nubuatan ini terus menjadi persoalan yang sering diperdebatkan dengan tujuan untuk mencapai kebenaran yang mendekati pada kebenaran yang alkitabiah. Usaha ini juga bahkan sampai pada keekstriman pemahaman yang menafsirkan lebih jauh, dengan menghakimi bahwa 'Yesus telah berbuat satu kesalahan besar dalam memprediksi waktu parousia. Di satu sisi juga dengan jelas Yesus pernah mengatakan bahwa Dia sendiri, malaikat pun tidak tahu kapan waktunya Dia akan datang kembali, hanya Bapa yang tahu. Apakah sesungguhnya yang dimaksud oleh Yesus terhadap nubuatannya itu?

ANALISA KONTEKS MARKUS 13:30; MATIUS 24:34; LUKAS 21:32
Nubuatan ini merupakan khotbah Tuhan Yesus mengenai akhir zaman, yang dimulai dengan peristiwa di bait Allah ketika mereka keluar dan murid-murid berkata kepadanya tentang batu-batu dan gedung yang megah (Lih Markus13:1). Kemudian Yesus memberi jawaban yang mengejutkan, yaitu: “Tidak ada satu pun akan dibiarkan akan dibiarkan terletak di atas batu lain, semua akan diruntuhkan” (ayat 2). Kemudian ketika murid bertanya bilamana itu akan terjadi? Kemudian Yesus memperingatkan mereka supaya waspada agar jangan ada yang menyesatkan mereka, dan tentang kejadian-kejadian sebelum nubuatan itu terjadi (ayat 1-23). Banyak nabi palsu akan muncul, banyak kejadian-kejadian aneh akan terjadi, penderitaan akan terjadi. Maka kemudian nubuatan Yesus akan digenapi di masa sesudah hal ini semuanya terjadi.
Kemudian sesudah pembicaraan itu, Yesus mengemukakan suatu perumpamaan (pelajaran singkat) tentang pohon ara (ayat 28). Apabila pohon ara itu mulai bertunas, kita tahu, bahwa musim panas sudah dekat. Oleh sebab itu, “jika kamu lihat hal-hal itu terjadi, ketahui bahwa waktunya sudah dekat. Kemudian baru Yesus mengatakan nubuatannya bahwa “Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu sebelum semuanya itu terjadi.”
Dari khotbah ini, maka kita dapat mengatakan bahwa apa yang dikatakan Yesus mengenai khotbahnya ini mencakup semua kejadian-kejadian sebelum nubuatan itu digenapi dan penggenapan nubuatan itu juga.

PENAFSIRAN UMUM TERHADAP AYAT INI
Nubuatan ini, sungguh merupakan perkataan yang sangat sulit untuk ditafsirkan, karena penafsirannya harus memperhatikan beberapa kejadian sesudah perikop itu dan bagaimana Yesus sendiri mengatakan bahwa ia sendiri tidak tahu kapan waktunya akan datang (parousia). Namun, terhadap nubuatan ini, tafsiran pernah dikemukakan secara berbeda oleh beberapa penafsir. 1) kebangkitan Yesus; 2) Kenaikan-Nya ke sorga; 3) Perang Yahudi dan keruntuhan Yerusalem bersama bait Allah; 4) kedatangan kembali pada hari terakhir.
Menurut Jakob, bahwa sebenarnya yang dimaksudkan oleh nubuatan ini adalah mengenai “kedatangan kembali pada hari akhir”. Baginya itulah yang paling masuk akal, kesudahan segala sesuatu pada waktu Yesus datang kembali. Sebab pada waktu itu yang atas perintah Yesus tetap mendoakan setiap hati (datanglah kerajaan-Mu). Maka pada waktu itu juga, kerajaan itu akan datang dengan kuasa. Bukan lagi sebagai persiapan penghakiman terakhir melalui pemberitaan Injil Rahmat, melainkan dengan membinasakan semua orang yang tidak percaya, yang keras hati dan yang bersikap memusuhi.

SUATU ANALISA
Berdasarkan penafsiran di atas, maka muncul juga beberapa kritikan terhadapnya, antaralain:
  1. Penafsiran yang mengatakan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah “pada waktu kebangkitan-Nya, tidak bisa diterima. Karena sesungguhnya Yesus belum masuk dalam kemuliaan Allah (Lih Yohanes 20:17, Jangan pegang Aku, kata Yesus kepadanya, "karena Aku belum naik kepada Bapa. Tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku, dan beritahukanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku naik kepada Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu")
  2. Kenaikkan-Nya ke sorga, ke dalam kerajaan-Nya, tetap tidak membawa Kerajaan itu dengan kuasa kepada kita, (Kis 1:6-8, Ketika rasul-rasul itu berkumpul bersama-sama dengan Yesus, mereka bertanya kepada-Nya, "Tuhan, apakah sekarang Tuhan mau mendirikan kembali Pemerintahan bangsa Israel?" Yesus menjawab, "Bapa-Ku sendiri yang menentukan hari dan waktunya. Itu tidak perlu kalian ketahui, sebab itu hak Bapa. Tetapi kalian akan mendapat kuasa, kalau Roh Allah sudah datang kepadamu. Dan kalian akan menjadi saksi-saksi untuk-Ku di Yerusalem, di seluruh Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi.")
  3. Peristiwa runtuhnya kota Yerusalem pada tahun 70 M, bukan kedatangan kerajaan Allah dengan kuasa ke atas kota Yerusalem, melainkan bukti kuasa bangsa Roma (Luk 21:20-24, "Apabila kalian melihat Yerusalem dikepung tentara, kalian akan tahu bahwa kota itu tidak lama lagi akan dimusnahkan. Pada waktu itu haruslah orang yang berada di Yudea lari ke pegunungan. Mereka yang berada di dalam kota harus meninggalkan kota, dan mereka yang di luar kota jangan masuk ke dalam kota. Sebab hari-hari itu adalah 'Hari-hari Hukuman Dijatuhkan', supaya dengan demikian terjadilah apa yang sudah tertulis dalam Alkitab. Alangkah ngerinya hari-hari itu untuk wanita yang mengandung, dan ibu yang masih menyusui bayi! Negeri ini akan mengalami kesusahan yang besar, dan Tuhan akan menghukum bangsa ini. Ada yang akan dibunuh dengan pedang, ada pula yang akan dibawa sebagai tawanan ke negeri-negeri orang; dan orang-orang yang tidak mengenal Allah akan menginjak-injak Yerusalem sampai habis waktu yang sudah ditentukan Tuhan untuk mereka")
  4. Kedatangan pada hari terakhir, memang harus diakui bahwa nubuatan itu mencakup hari terakhir atau zaman akhir, namun harus juga diperhatikan bahwa Yesus tidak hanya berbicara soal kesudahan, dengan perkataan sebelum semuanya itu terjadi menyatakan bahwa yang dimaksud di sini juga mencakup semua apa yang akan terjadi pada waktu sebelum kejadian itu.

DUA KATA KUNCI

ANGKATAN (GENEA)
Donald Gutrie, menafsirkan kata “angkatan ini” (genea), seperti yang ditulis dalam papirus kuno, kadang-kadang berarti “keluarga”, maka dapat diperkirakan bahwa kata genea dalam perikop ini ditunjukkan pada “keluarga” atau “bangsa Yahudi”. Sehingga dengan demikian, pernyataan itu dapat berarti sebagai suatu jaminan bahwa walaupun kesusahan itu demikian hebat, namun umat Allah tidak akan hilang sampai segala sesuatu yang dinubuatkan itu digenapi. Namun dengan penafsiran ini juga sulit diterima, karena jelas bahwa arti ini bukan merupakan arti yang biasanya dipakai untuk mengartikan kata genea ini. Pengertian lain yang lebih diterima adalah bahwa angkatan (genea) yang dimaksudkan adalah angkatan pada masa Yesus, yang turut menyaksikan pemusnahan Yerusalem pada tahun 70 M. Namun penafsiran ini juga kurang bisa diterima kalau dikaitkan dengan Markus 13:26, Pada waktu itu Anak Manusia akan terlihat datang di dalam awan dengan kuasa besar dan keagungan. Maka, tafsiran ini tidak ada hubungannya sama sekali.
Perlu diketahui bahwa kata-kata ini dalam Markus 13:30, bukanlah untuk memberitahukan saat atau hari tertentu bagi kedatangan-Nya yang kedua (Lih ayat 32) melainkan “untuk menegaskan kepastian kedatangannya kembali”. Dimana pengertian ini diperkuat dengan perkataan selanjutnya: Langit dan bumi akan berlalu , tetapi perataan-Ku tidak akan berlalu” (Markus 13:31).
Kata “angkatan ini” menurut penafsiran beberapa sarjana, memiliki dua kemungkinan penafsiran: pertama, menunjuk kepada generasi orang-orang yang mendengar kata-kata Yesus tersebut (temporal); yang kedua, kata-kata ini bisa dimengerti dalam pengertian kualitatif dan bukan soal waktu, artinya kata-kata ini menggambarkan baik orang Yahudi maupun yang tidak percaya, yang hidup sejak zaman Yesus hingga kedatangan-Nya yang kedua.
Dalam Injil-injil Sinoptik, yang banyak memakai kata “angkatan” (genea) memiliki pengertian kualitatif maupun temporal. F. Buchsel berkata: “angkatan ini” tidak selalu harus dimengerti secara temporal, tetapi bisa juga secara kualitatif.  Dalam Injil-injil sinoptik juga banyak ditemukan pemakaian kata Genea, misalnya, angkatan 'yang tidak setia dan berdosa' (Markus 8:38), angkatan 'yang jahat' (Mat 12:45; Luk11:29), angkatan 'yang jahat dan tidak setia' (Mat 12:39; 16:4), angkatan 'yang tidak percaya dan sesat' (Mat 17:17; bdk Luk 9:41; Mark 9:9). Kata “angkatan ini” tidak bisa dibatasi pada orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Yesus mengatakan kalimat tersebut, karena konteks perkataan Yesus di sini jelas menunjuk pada dosa-dosa masa lalu (ayat 35) dan yang akan datang. Kita juga bisa jumpai dalam Matius 23:35-36,Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya yang kamu bunuh diantara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya semuanyaq ini akan ditanggung angkatan ini.”, Perhatikan bahwa “angkatan ini” di sini tidak dibatasi hanya kepada orang-orang Yahudi yang hidup pada waktu Yesus mengatakan kalimat tersebut, karena konteks perkataan Yesus di sini jelas menunjukkan pada dosa-dosa masa lalu (Mat 23:35) dan yang akan datang (ayat 34).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan “angkatan ini” oleh Yesus adalah orang-orang Yahudi yang tidak setia, yang jahat, yang tidak percaya, yang hidup di masa lampau, sekarang, dan masa akan datang. Dengan kata lain, angkatan yang sekarang menolak Yesus itu akan tetap ada hingga kedatangan-Nya yang kedua dan akan menerima penghakiman yang sepantasnya. Maka kalau dilihat dari penafsiran seperti ini, maka pernyataan Yesus di Markus 13:30, yang sedang kita selidiki merupakan kesimpulan logis dari firman-Nya dalam Markus 13 yang diawali dengan proklamasi keruntuhan Yerusalem sebagai hukuman atas kekerasan hati Israel.

“SEMUANYA ITU”
Melihat konteks Yesus berbicara mengenai nubuatan ini, banyak orang membatasi dengan mengatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud oleh Yesus mengenai “semuanya ini” adalah hanya mencakup semua kejadian yang terjadi ketika keruntuhan Yerusalem tergenapi. Tidak benar dan tidak tepat jika kita memaksakan batasan bagi kalimat “sebelum semuanya itu terjadi.” Meskipun benar bahwa konteks bagi Firman Tuhan yang disampaikan oleh Yesus dalam Markus 13 adalah nubuatan keruntuhan bait Allah (ay 2), namun firman itu juga mencakup nubuatan tentang terjadinya peperangan atau kabar tentang peperangan (ay.7), gempa bumi dan kelaparan (ay.8), pemberitaan Injil kepada semua bangsa (ay.10), penganiayaan karena nama Kristus (ay12-13), siksaan “sebelum yang belum pernah terjadi ... dan yang tidak akan terjadi” (ay.19), tanda-tanda di langit (ay 24), kedatangan Anak Manusia di awan-awan dengan segala kemuliaan dan kuasa (ay. 26). sebab itu, bila kemudian di ayat 30 Yesus berkata, “sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu terjadi,” maka tidak bisa dibatasi penggenapannya hanya pada generasi tanpa ada unsur pemaksaan penafsiran terhadapnya.
Jadi kata “semuanya” yang dimaksud oleh Yesus adalah semua peristiwa eskatologis yang telah Ia sebutkan, termasuk tentunya kedatangan-Nya di awan-awan. Apa yang hendak Tuhan tegaskan ialah bahwa semua peristiwa ini pasti akan terjadi.

KESIMPULAN
            Dari beberapa penafsiran yang pernah dikemukakan oleh para penafsir di atas mengenai nubuatan Yesus dalam Markus 13:30, maka setelah menganalisanya, penafsiran yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata Genea dalam Markus 13:30 adalah orang-orang Yahudi yang jahat, tidak percaya, tidak setia, dan sesat, yang akan selalu ada, sejak dahulu, sekarang dan akan datang sampai kedatangan-Nya yang kedua kalinya. Dan kata semuanya itu adalah semua peristiwa eskatologis yang telah Ia sebutkan seperti peperangan, gempa bumi, kelaparan dll, termasuk tentunya kedatangan-Nya di awan-awan (Parousia). Maka, dari nats ini, apa yang hendak Tuhan tegaskan ialah bahwa semua peristiwa ini pasti akan terjadi. Tujuannya lebih pada penegasan tentang kedatangan-Nya yang kedua kali itu adalah hal yang pasti, akan terjadi walaupun waktu kedatangan-Nya tidak ada seorang yang tahu pasti.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESTU ORANGTUA DALAM PERNIKAHAN ANAK: HARUSKAH ?

           Pernikahan dalam kekristenan merupakan suatu hal yang sangat sakral dan dijunjung tinggi sebagai komitmen “dipersatukan” di hadapan Tuhan seumur hidup . Pernikahan haruslah penuh dengan keindahan, kekudusan dan kesatuan hati diantara kedua pribadi yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan, oleh sebab itu Tuhan menginginkan agar pernikahan itu haruslah pernikahan yang sungguh-sungguh merupakan komitmen (bukan coba-coba/paksaan), dan harus dijalani seumur hidup. Hanya maut yang dapat memisahkan ikatan yang sudah dibentuk tersebut.             Namun, s eringkali di dalam proses untuk mengikatkan dua pribadi menjadi satu yang dilandasi oleh kasih dan komitmen tersebut, mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Salah-satu hal yang menjadi pergumulan di dalam ikatan ini adalah ketiadaan “restu/persetujuan orangtua” terhadap ikatan bersatunya kedua hati dalam satu ikatan cinta. Seringkali ada banyak orangtua yang tidak mendukung komitmen pe

Konsep Penyembahan Dalam Roh dan Kebenaran

I.                    Pendahuluan Ibadah Kristiani tidaklah lepas dari suatu yang dinamakan penyembahan kepada Allah .  Bahkan setiap orang percaya seharusnya mempunyai gaya hidup sebagai “penyembah -penyembah ” bagi Allah. D an , karena penyembahan adalah gaya hidup orang percaya, maka memuliakan Allah pastilah menjadi tujuan penyembahan yang disadari, terus menerus, berarti, dan kekal. Dalam pelaksanaannya, penyembahan tidaklah dibatasi oleh masalah tempat, jenis, waktu atau hal apapun, sebab pada esensinya, Pribadi yang disembah adalah pribadi dalam Roh, yang tidak bisa batasi oleh apapun di luar diri-Nya. Kita bisa menyembah Allah dimanapun kita berada dan dalam segala aspek hidup dan pekerjaan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, a papun yang kita lakukan mulai dengan kegiatan-kegiatan biasa seperti makan dan minum, haruslah dilakukan untuk kemuliaan Allah , itulah penyembahan sebagai gaya hidup . K emudian dalam penyembahan itu sendiri , Kesad