Langsung ke konten utama

“Penginjilan Kepada Roh-Roh di Dalam Penjara?”


“Dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara.” (1 Petrus 3:19)

Apakah maksudnya “Ia (yaitu Yesus Kristus) pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara” dalam 1 Petrus 3:19?

Jawaban umum dalam terhadap hal ini dapat diklasifikasi ke dalam dua golongan besar. Pertama, pendapat para bapa gereja, dan kedua, pendapat para sarjana modern. Bapa-bapa gereja (patristic exegesis) berpendapat bahwa “mereka yang dahulu … tidak taat” adalah khas contoh orang-orang berdosa dari zaman Nuh yang tidak berkesempatan mendengar Injil-dan tidak bertobat-sebelum inkarnasi TuhanYesus. Kesempatan untuk mendengar Injil tiba ketika dalam interval waktu di antara kematian dan kebangkitan-Nya, Tuhan Yesus pergi ke penjara, atau, menurut terjemahan Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, “turun ke dunia orang mati dan menjanjikan keselamatan kepada mereka.” Pendapat modern memahami pemberitaan oleh Tuhan Yesus kepada roh-roh dalam penjara sebagai proklamasi atau pengumuman Tuhan Yesus tentang kemenangan-Nya di salib. Proklamasi ini terjadi setelah penderitaan Yesus, khususnya pada saat kenaikan-Nya ke surga (dengan atau tanpa menawarkan keselamatan), kepada malaikat-malaikat yang jatuh/berdosa. Bagian Alkitab yang biasanya dirujuk sebagai referensi pendukung terhadap pandangan ini ialah 2 Petrus 2:4, 5 (Allah menyerahkan malaikat-malaikat yang berdosa ke dalam neraka dan gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman). Dalam hal ini perlu diketahui bahwa dalam konteks ini, pemberitaan Injil-bukan deklarasi kemenangan-dilakukan oleh Tuhan Yesus melalui Roh-Nya di dalam diri dan melalui pelayanan para nabi Perjanjian Lama (1 Petrus 1:11). Pemberitaan ini ditujukan kepada “roh-roh” di dalam penjara, yaitu kepada “mereka [yaitu orang-orang] yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat” (ay 20).
Tafsiran alternatif ini memandang kata “roh-roh” dalam 1 Petrus 3:20 dalam Alkitab Terjemahan Baru (1 dan 2) sebagai terjemahan berlebihan yang tidak perlu. Dalam teks Yunani, kata benda “roh-roh” (Yun: pneumasin) hanya ada dalam ay 19 dan tidak ada dalam ay 20. Bentuk datif ‘participle’ apeithēsasin dalam ay 20 memang merujuk kepada pneumasin dalam ayat 19, namun ‘pneumasin’ dalam ayat 20 tidak secara otomatis berarti roh-roh manusia, atau “roh-roh mereka” seperti dalam Alkitab TB. Petrus memakai kata yang berasal dari kata dasar apeitheō juga dalam 2:8; 3:1 dan 4:17, dan semuanya merujuk kepada orang, dan bukan roh atau arwah, atau malaikat, yang tidak taat.
Kekayaan bahasa metaforis 1 Petrus (dan 2 Petrus), pemahaman tentang ketegasan modus pandang (world-view) Petrus serta ajarannya menuntut bahwa kata “roh-roh” yang dimaksudkannya bukan berarti roh-roh manusia, melainkan manusia, yaitu orang-orang. Oleh karena itu, maka Hasan Sutanto, dengan tepat menerjemahkan apeithēsasin sebagai orang-orang yang tidak taat, dan bukan roh-roh dari orang-orang yang tidak taat. Pemahaman terhadap ketegasan ajaran Petrus, baik di surat Petrus maupun di Kisah Para Rasul memustahilkan pelayanan pemberitaan Injil kepada roh-roh manusia dalam arti roh atau sosok tak berdaging tak bertulang, atau kepada arwah-arwah, atau kepada malaikat-malaikat.
Selain Petrus, istilah pneuma (roh) dalam arti manusia atau ‘orang-orang’ dipakai juga beberapa kali oleh rasul Paulus. Paulus dapat memakai kata pneuma dalam arti psuchē (‘jiwa’; Filipi 1:27), atau sarks (tubuh); atau bahkan manusia secara keseluruhan (2 Korintus 2:13; 7:5). Doa Paulus pada bagian penutup dari beberapa suratnya yang menyatakan agar Tuhan Yesus atau kasih karunia-Nya menyertai roh para penerima suratnya (Filipi 4:23; 2 Timotius 4:22; Galatia 6:18) berarti bahwa Paulus berdoa agar Tuhan Yesus atau Roh Allah menyertai para penerima suratnya (dan bukan semata menyertai ‘roh’ mereka dalam kondisi terpisah dari tubuh jasmani). Pemakaian kata “roh” dalam arti “kamu” yaitu orang-orang yang menerima surat Paulus.
 Jadi, maksud dari Yesus pemberitaan Injil kepada roh-roh dalam penjara di sini bukan berarti roh-roh manusia, melainkan manusia, yaitu sebagai orang-orang yang tidak taat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESTU ORANGTUA DALAM PERNIKAHAN ANAK: HARUSKAH ?

           Pernikahan dalam kekristenan merupakan suatu hal yang sangat sakral dan dijunjung tinggi sebagai komitmen “dipersatukan” di hadapan Tuhan seumur hidup . Pernikahan haruslah penuh dengan keindahan, kekudusan dan kesatuan hati diantara kedua pribadi yang dipersatukan dalam ikatan pernikahan, oleh sebab itu Tuhan menginginkan agar pernikahan itu haruslah pernikahan yang sungguh-sungguh merupakan komitmen (bukan coba-coba/paksaan), dan harus dijalani seumur hidup. Hanya maut yang dapat memisahkan ikatan yang sudah dibentuk tersebut.             Namun, s eringkali di dalam proses untuk mengikatkan dua pribadi menjadi satu yang dilandasi oleh kasih dan komitmen tersebut, mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Salah-satu hal yang menjadi pergumulan di dalam ikatan ini adalah ketiadaan “restu/persetujuan orangtua” terhadap ikatan bersat...

ANALISA PERKATAAN YESUS: “ANGKATAN INI TIDAK AKAN BERLALU SEBELUM SEMUANYA ITU TERJADI”

Nubuatan Tuhan Yesus dalam Markus 13:30; Mat 24:34; dan Lukas 21:32, mengenai “kapan” kedatangan-Nya untuk kedua kali merupakan nubuatan ayat yang kontroversial, sehingga menimbulkan beberapa penafsiran yang berbeda-beda tergantung pada pola pemahaman orang-orang yang menafsirkannya. Penafsiran terhadap nubuatan ini terus menjadi persoalan yang sering diperdebatkan dengan tujuan untuk mencapai kebenaran yang mendekati pada kebenaran yang alk i tabiah. Usaha ini juga bahkan sampai pada keekstriman pemahaman yang menafsirkan lebih jauh, dengan menghakimi bahwa 'Yesus telah berbuat satu kesalahan besar dalam memprediksi waktu parousia . Di satu sisi juga dengan jelas Yesus pernah mengatakan bahwa Dia sendiri, malaikat pun tidak tahu kapan waktunya Dia akan datang kembali, hanya Bapa yang tahu. Apakah sesungguhnya yang dimaksud oleh Yesus terhadap nubuatannya itu? ANALISA KONTEKS MARKUS 13:30; MATIUS 24:34; LUKAS 21:32 Nubuatan ini merupakan kh...

Konsep Penyembahan Dalam Roh dan Kebenaran

I.                    Pendahuluan Ibadah Kristiani tidaklah lepas dari suatu yang dinamakan penyembahan kepada Allah .  Bahkan setiap orang percaya seharusnya mempunyai gaya hidup sebagai “penyembah -penyembah ” bagi Allah. D an , karena penyembahan adalah gaya hidup orang percaya, maka memuliakan Allah pastilah menjadi tujuan penyembahan yang disadari, terus menerus, berarti, dan kekal. Dalam pelaksanaannya, penyembahan tidaklah dibatasi oleh masalah tempat, jenis, waktu atau hal apapun, sebab pada esensinya, Pribadi yang disembah adalah pribadi dalam Roh, yang tidak bisa batasi oleh apapun di luar diri-Nya. Kita bisa menyembah Allah dimanapun kita berada dan dalam segala aspek hidup dan pekerjaan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, a papun yang kita lakukan mulai dengan kegiatan-kegiatan biasa seperti makan dan minum, haruslah dilakukan untuk kemuliaan All...